THE RAID -REDEMPTION-
Dunia perfilman Indonesia kembali bergairah, setelah beberapa saat kejenuhan publik memuncak karena hanya disuguhi film percintaan yang sarat unsur semi pornografi dan amoral dari sudut pandang sebagian masyarakat, atau versi yang terlaris adalah romantika cinta khas Timur Tengah yang melambungkan nama penulis Habiburrahman El Shirazy.
Film The Raid hadir menjadi kejutan istimewa untuk penggemar film nasional, tak tanggung tanggung, terhitung 6 April 2012 tercatat lebih 1 juta penonton telah menyaksikan kehebatan yang disuguhkan film ini, banyak yang menilai film ini luar biasa, tak hanya di tanah air,bahkan film ini juga menjadi favorit di luar negri.
Tapi apakah tenarnya film The Raid berati baik untuk semua orang?
Ini komentar sebagian orang:
- Sebagian masyarakat merasa tidak puas dengan proses pembuatan Film The Raid, karena tidak digarap langsung oleh orang Indonesia, hal ini sama kasusnya dengan Film Merantau, yang dulunya pernah menjadi pembicaraan banyak orang karena genre action yang memukau.
- Kritikus lainnya, Gary Goldstein, ikut mengulas The Raid dalam Los Angeles Times dengan tajuk ‘The Raid: Redemption’ is an action bonanza. Goldstain mengungkapkan bahwa Gareth Evans berhasil menyuguhkan visualisasi pertarungan yang memukau dan mampu membuat penonton tak mengalihkan perhatian selama film berlangsung.
- Lou Lumenick mengungkapkan lewat New York Post bahwa film The Raid yang memacu adrenalin dan penuh adegan brutal ini tidak disarankan bagi mereka yang memiliki jantung lemah atau perut yang bermasalah, karena banyak adegan yang mungkin membuat sebagian orang akan muntah melihatnya. “The Raid: Redemption memiliki beberapa plot twist yang rapih dan sedikit banyak karakterisasi dari yang Anda harapkan dari jenis film semacam ini,” katanya. “Film ini tidak diperuntukkan bagi mereka yang lemah jantung dan ‘lemah perut’, khususnya ketika sebuah lampu neon digunakan untuk senjata, katanya.”
Bagaimana dengan Anda?
#jangan nonton bajakan ya :D
0 comments:
Post a Comment